Semester 2 segera berakhir dan akan berlanjut ke semester 3, begitulah tahapan-tahapannya, penulis tengah ketakutan dan khawatir akan bisa atau tidaknya untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya.
Kekhawatirannya pun bukan itu saja, sampai detik ini penulis benar2 tidak dapat mencerna atas materi kuliah yang sudah di dapat, terlintas di benak penulis salah jurusan, salah kelas, bahkan salah kampus. apakah penulis akan siap nanti dengan bekal ilmu yang di dapat selama mengenyam pendidikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa sebagai mahasiswa harusnya memiliki kesadaran yang tinggi, dimana bisa mengindetifikasikan untuk menemukan persoalan lalu mencarikan solusi untuk menyelesaikan masalah tersebut, bisa di bilang ini adalah kesadaran kritis seorang mahasiswa. sikap yang yang selalu ingin tahu dan mempunyai usaha dalam mengembangkan keilmuannya dengan mencari tahu, mencari ilmu dan pengetahuan sebanyak-banyaknya untuk menutupi ketidaktahuannya.
Untuk bisa dan dapat belajar itu memang tidak terbatas atas usia, tempat, waktu dan kepada siapa kita belajar, tidak hanya belajar di dalam kelas, kita bisa belajar di luar kelas, belajar dengan terjun langsung pada rana kehidupan yang lebih nyata sebagai media belajar sudah pasti akan banyak sekali falsafah-falsafah hidup yang akan kita temui. karena keilmuan itu sendiri pun tidak terbatas pada salah satu bidang saja yang akan menjadi kan kita sebagai aktor intelektual yang mempunyai multiple intelegensia.
Melihat dari kebenaran yang ada beberapa waktu ini, individu-individu yang masa bodoh atas ketidak tahuannya, atas ketidak ingin tahuannya, atas dirinya sendiri, apakah masih relevan dengan statusnya sebagai mahasiswa, sebagai agen perubahan dan kaum intelektual.
Sebagai mahasiswanya yang sarat dengan muatan intelektualitas harusnya tidak berdiam diri tanpa melakukan suatu hal yang berarti, tapi lebih berani untuk mengevaluasi diri, sehingga kata MAHA itu menjadi benar dalam kandungan arti sebagai ahli, dan kelebihan-kelebihan lainnya.
Dengan pembelajaran yang jauh dari sebelum-sebelumnya akan membentuk sebuah paradigma, untuk berpikir sistematis, logis, berpikir yang bukan tanpa dasar akan tetapi berpikirnya yang terorganisir dan terarah serta transformative karena selalu menganalisa dan tidak mudah menjustifikasi segala persoalan dilingkungan sekitar.
3 comments
Click here for commentsWaktu jaman saia kuliah ada ituh bukunya "Agar Ngampus Tak Sekedar Status"
ReplyBagus Isinya :)
Dulu jaman saia kuliah ada tuh buku "Agar Ngampus Tak Sekedar Status"
ReplyBisa jadi Bacaan yg menarik
dulu waktu kuliah ada buku judulnya "Agar Ngampus Tak Sekedar Status" itu buku yg bagus buat dibaca tuh
Reply